..................Sudah sekitar 46 dari 56 keluarga di RT 3/XIV mengolah sampah organiknya sendiri. Mereka menggunakan keranjang takakura untuk mengolah sampah organik berupa sisa sayur dan kulit buah. Secara berkala, hasil olahan itu dipanen untuk dikeringkan dengan metode open windrow di Graha Kompos Pusat Pemberdayaan Masyarakat Kota Universitas Surabaya (Pusdakota Ubaya). Dari hasil sampah olahan itu warga mendapat ganti Rp 300 per kilogram (kg). Setiap bulan warga menghasilkan 25 kg kompos dan memperoleh sekitar Rp 7.500. Secara rupiah mungkin tidak terlalu besar, tetapi peran untuk mengurangi sampah sangatlah besar. Kompos yang telah jadi dapat dijual atau digunakan kembali sebagai starter dalam keranjang takakura. Keranjang ini diciptakan Koji Takakura, pakar kompos yang dikirim KITA Environmental Cooperation Center bersama aktivis Pusdakota.........................( KOMPAS Jawa Timur - Senin, 12 Jun 2006 Halaman: 1 Penulis: susilo, nina Ukuran: 4881)
Akhir-akhir ini di lingkungan Kota Surabaya kita dihadapkan dengan berbagai masalah dan salah satunya adalah SAMPAH. Sampah menjadi masalah yang cukup komplek dan harus di tangani. Makhluk yang satu ini sering disebut sebagaian masyarakat sebagai benda yang sudah tidak berguna lagi dan nggak ada manfaatnya. Pokoknya arti dari sebuah sampah itu biasanya yang jelek-jelek. Kasihan juga makhluk yang satu ini. Seperti sampah masyarakat yang diartikan sebagai orang-orang yang terbuang dalam suatu kelompok masyarakat yang dianggap mengganggu ketentraman masyarakat sekitarnya padahal mereka juga berhak mendapat kehidupan yang layak meski mereka pernah melakukan kesalahan. Sama halnya dengan sampah, sampah yang biasanya kita buang sembarangan.
Memang kebanyakan orang menganggap sampah itu tidak ada manfaatnya tapi jangan salah sampah juga mempunyai nilai jual yang tinggi. Buktinya di Kota Surabayaku ini, atau sering famous dengan nama kota pahlawan. Surabaya mendapat julukan ” Green and Clean” (Hijau dan Bersih) tapi akhir-akhir ini kita sering menjumpai hal-hal yang tidak sesuai sama julukan itu. Banyak sampah yang kita temukan di sungai, dijalan, dan bahkan dimanapun kita dapat menjumpai sampah. Tapi bukan berarti masyarakat Surabaya harus membiarkan itu semua merajalela. Saat ini ada banyak program yang diadakan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan contohnya program Tunas Hijau yang anggotanya adalah generasi muda yang peduli terhadap lingkungan.
Dan ada juga program yang diadakan oleh sebuah media cetak yang cukup terkenal yaitu program “Surabaya Green and Clean”.Program ini menjadi ajang yang bergengsi bagi seluruh warga Surabaya dan memberikan kesempatan untuk berkompetisi antar RT/RW. Jadi setiap RT/RW punya cara tersendiri untuk merubah lingkungannya menjadi lingkungan yang benar--benar Green and Clean. Tapi tidak hanya dengan merubah lingkungan saja, dalam hal ini sampah juga ikut andil lho!!! Sampah dijadikan sebagai barang yang bermanfaat, barang yang memiliki nilai seni, daya guna yang tinggi. Bahkan gelas air mineral bekas pun bisa dijadikan sebagai hiasan jendela dan kulit jagung yang biasanya dibuang bisa dijadikan souvenir yang cukup cantik dan tentunya masih banyak lagi barang bekas yang bisa kita sulap jadi barang yang memiliki nilai jual. Aku salut banget buat masyarakat Surabaya. Dengan begitu sedikit demi sedikit masalah yang menyerang lingkungan bisa sedikit teratasi. Dalam hal ini sangat dibutuhkan kesadaran yang tinggi dari masing-masing individu. Ayo Rek.. jadikan kota kita sebagai kota yang benar-benar Green and Clean.
Emërtimet: Surabaya Itu Bersih |
Kompleksitas masalah sampah di Surabaya tak serumit dan sekompleks persoalan politik yang menghabiskan banyak waktu tenaga dan dana para pejabat surabaya, saya kira di hampir merata kota-kota Indonesia... emmmmhhhh?????
saya takut dan mungkin sudah paranoid, jangan2 kita semua adalah sampah-sampah bernyawa, berserakan dan bertebaran mengotori surabaya... emmmmhhhhh????